Istilah organisasi
mempunyai dua pengertian umum. Pertama yaitu sebagai suatu
lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah sekolah,
sebuah perkumpulan, badan-badan
pemerintahan. Kedua merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana
pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota sehingga tujuan
organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu
sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut Handoko (2003: 168) bahwasannya
pengorganisasian yaitu;
1. Perincian seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi
kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan untuk satu orang.
3. Pengadaan atau pengembangan suatu
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi menjadi kesatuan
yang terpadu dan harmoni.
Pengorganisasian merupakan serangkaian
kegiatan manajerial yang bertujuan mewujudkan kegiatan yang direncanakan
menjadi struktur tugas, wewenang dan siapa yang akan melaksanakan tugas
tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan organisasi. merupakan proses
membagi kerja ke dalam tugas- tugas yang
lebih kecil, membebankan tugas-tugas
kepada orang yang sesuai
dengan kemampuannya, mengalokasikan sumber
daya serta mengkoordinasikannya
dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Melayu S.P. Hasibuan(2001: 118) bahwa:
Pengorganisasian adalah suatu proses
penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap
aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatif yang didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut.
Menurut George R. Terry organizing (2006:17), mencakup:
1. Membagi komponen-komponen kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok,
2. membagi tugas kepada seorang manajer untuk
mengadakan pengelompokkan tersebut dan
3. menetapkan wewenang di antara kelompok
atau unit-unit organisasi.
Pengorganisasian memiliki
arti penting dalam
proses dakwah di sekolah
yakni Kerohanian Islam,
dan dengan pengorganisasian tersebut rencana kegiatan akan mudah
diaplikasikan. Oleh karena itu, pada dasarnya tujuan dari pengorganisasian
Kerohanian Islam di sekolah adalah:
1.
Membagi
kegiatan-kegiatan Kerohanian Islam menjadi departemen-
departemen atau divisi-divisi dan tugas-tugas yang terperinci dan
spesifik.
2.
Membagi
kegiatan Kerohanian Islam serta tanggung jawab yang
berkaitan dengan masing-masing jabatan.
3.
Mengoordinasikan
berbagai tugas organisasi Kerohanian Islam.
4.
Mengelompokkan program-program kerja Kerohanian Islam ke dalam unit-
unit.
5.
Menetapkan garis-garis wewenang formal.
6.
Mengalokasikan dan memberikan sumber daya organisasi Kerohanian Islam.
7.
Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan dakwah Islam di sekolah secara logis
dan sistematis.
Pada proses pengorganisasian ini akan
menghasilkan sebuah rumusan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang dan
tanggungjawab. Struktur organisasi adalah kerangka kerja formal organisasi yang
dengan kerangka itu
tugas-tugas jabatan dibagi-bagi, dikelompokkan dan
dikoordinasikan pendapat Munir
(2006:119).
Dari uraian di atas dapat dipahami
bahwa pengorganisasian merupakan fase ke dua setelah perencanaan yang telah
dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu
dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangan oleh satu orang saja sehingga
butuh kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga
bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif.
Banyak pikiran, tangan
dan ketrampilan dihimpun
menjadi satu yang harus
dikoordinasikan bukan saja
untuk diselesaikan tugas-tugas
yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan
bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan
ketrampilan dan pengetahuan.
Menurut Tanri Abeng (2006:111) bahwasanya,
fungsi pengorganisasian terdiri dari empat
kegiatan yang saling terkait satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut
juga bisa diaplikasikan dalam kegiatan pengorganisasian kerohanian Islam yaitu:
1. Defining Work, yaitu mengidentifikasi
kegiatan utama yang
diperlukan untuk meraih misi. Dalam tahap ini, seorang manajer
belum memikirkan tentang siapa yang harus melaksanakan kegiatan.
2. Grouping Work, yaitu mendesain struktur
organisasi sehingga
setiap orang dapat berkontribusi untuk mencapai misi organisasi.
3. Assigning Work, yaitu mengalokasikan
kegiatan sehingga orang-
orang dapat meraih sasaran unit kerjanya masing-masing. Yang harus
dihindari adalah kebiasaan banyak manajer untuk mencari orangnya
dulu baru membagi-bagi tugasnya sehingga dia terjerumus ke dalam
membangun organisasi around people, ini harus dihindari. Pada
penugasan harus terikut proses pendelegasian tanggung jawab yang
disertai dengan kewenangan dan akuntabilitas untuk
dipertanggung gugatkan.
4. Integrating Work, yaitu memadukan antara
pekerjaan satu dan yang
lain agar proses kerja dapat berjalan mulus. Pada kegiatan mengintegrasikan
pekerjaan, yang paling penting adalah koordinasi agar tidak terjadi
tumpang tindih atau justru adanya fungsi yang terlalaikan.
B
Tujuan
dan Manfaat Organisasi
Sebuah organisasi harus memiliki
tujuan yang jelas, jika tidak maka organisasi tersebut tidak akan terarah.
Manusia perlu berorganisasi dengan beberapa tujuan, menurut Karta Sapoetra
tujuan organisasi diantaranya:
1. Organizing yang efektif akan menyebabkan
masing-masing anggota suatu organisasi mengetahui kelompok-kelompok aktivitas
apa yang dilaksanakan.
2. Dengan organizing yang tepat, akan didapat
ketegasan, kejelasan dalam hubungan-hubungan kerja dalam suatu organisasi.
3. Hubungan yang tetap dan diinginkan
diantara aktivitas-aktivitas dan pelaksanaan akan tercapai, organizional ini
jauh lebih besar manfaatnya dari pada sekelompok usaha-usaha individual.
4. Organizing yang baik berarti juga pendelegasian
wewenang dilakukan dengan mantap, sehingga mereka menerima limpahan wewenang
yang dapat bertanggung jawab.
5. Organizing yang efektif berarti pemanfaatan dengan sebaik mungkin komponen manusia dan hubungan yang tepat antara pekerjaan tertentu, orang-orang, pelaksanaan dan fasilitas diteliti lebih lanjut dan diseimbangkan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh efektifitas dan efisiensi kerja.
C Proses Pengorganisasian
Ernest Dale dalam Nanang Fatah
Landasan Manajemen Pendidikan memberikan pengorganisasian sebagai sebuah proses
yang berlangkah jamak. Proses pengorganisasian itu sebagai berikut:
1. Perincian pekerjaan
2. Pembagian kerja
3. Penyatuan pekerjaan
4. Koordinasi pekerjaan
5. Monitoring dan Reorganisasi
Tahap pertama, yang harus dilakukan
dalam merinci pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap kedua, membagi seluruh beban kerja
menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau
perkelompok. Di sini perlu diperhatikan bahwa orang-orang yang akan diserahi
tugas harus didasarkan pada kualifikasi tidak dibebani terlalu berat dan juga
tidak terlalu ringan. Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan
cara yang rasional dan efisien. Pengelompokan tugas yang saling berkaitan jika
organisasi sudah membesar atau kompleks. Penyatuan kerja ini biasanya disebut
departementalisasi.
Tahap keempat, menetapkan mekanisme
kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam suatu kesatuan yang harmonis.
Pada setiap orang dan setiap bagian melaksanakan pekerjaan atau aktivitas
kemungkinan timbul konflik di antara anggota dan mekanisme pengkoordinasian
memungkinkan setiap anggota organisasi untuk tetap bekerja efektif. Tahap
kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Karena pengorganisasian merupakan
suatu proses yang berkelanjutan. Diperlukan penilaian ulang terhadap keempat
langkah sebelumnya secara terprogam atau berkala untuk menjamin konsistensi,
efektif, dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.
D
Struktur
Organisasi
Pada struktur organisasi tergambar
posisi kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan bawahan,
kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi. Suatu
struktur organisasi menspesifikasi pembagian kegiatan kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda itu dihubungkan. Struktur itu
juga menunjukkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan
hubungan pelapornya. Menurut Stoner struktur organisasi dibangun oleh lima
unsur yaitu spesialisasi, aktivitas, stantardisasi aktivitas, koordinasi
aktivitas, sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan serta ukuran
unit kerja.
Spesialisasi aktivitas mengacu pada
spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di seluruh organisasi atau pembagian
kerja dan penyatuan tugas tersebut ke dalam unit kerja (departementalisasi).
Standar aktivitas merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin
kelayakgunaan aktivitas. Banyak dari prosedur ini ditetapkan dengan
memformulasikan aktivitas dan hubungan dalam organisasi. Menstandardisasi
berarti menjadikan seragam dan konsisten pekerjaan yang harus dilakukan
bawahan, biasanya dengan menggunakan peraturan, uraian jabatan, program
seleksi, orientasi kerja dan keterampilan kerja.
Koordinasi aktivitas adalah prosedur
yang memadukan fungsifungsi dalam organisasi seperti fungsi primer dalam suatu
badan usaha,
pemasaran, produksi dan penjualan merupakan fungsi garis yang secara langsung
menyumbangkan pada pencapaian tujuan organisasi memerlukan koordinasi.
Sentralisasi dan desentralisasi
pengambilan keputusan mengacu pada lokasi kekuasaan pengambilan keputusan.
Sentralisasi adalah proses konsentrasi wewenang dan pengambilan keputusan pada
tingkat atas suatu organisasi. Sentralisasi dilakukan agar diperoleh manfaat
ekonomi dan pengendalian berbagai hal berdasarkan kebijakan, prosedur dan
pemantauan yang distandarisasikan. Bawahan semata-mata sebagai pelaksana.
Keuntungan sistem sentralisasi antara lain pengaturan yang sama bagi semua unit
dalam organisasi. Kelemahannya bawahan tidak berkembang dan putusan oleh atasan
menyita waktu yang lama, terlebih jika data ada pada bawahan. Untuk mengatasi
hal itu dilakukan pendelegasian wewenang pada semua tingkat organisasi yang
disebut desentralisasi. Desentralisasi vertikal adalah pembagian wewenang
formal berdasarkan garis komando (dari atas ke bawah). Sedangkan desentralisasi
horizontal memerlukan wewenang bertindak tidak secara hierarki melainkan
bergantung pada keahlian (wewenang fungsional).
Desentralisasi semakin perlu manakala
organisasi semakin berkembang. Dengan berkembangnya organisasi maka organisasi
yang berdasarkan desentralisasi tidak dapat mewadahi masalah-masalah yang timbul.
Dengan demikian pengorganisasian menyangkut penentuan pekerjaan, pembagian
kerja, penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan. Salah satu hasil
dari proses ini struktur organisasi yang merupakan prosedur formal manajemen
organisasi. Struktur ini dibentuk sangat bergantung pada tujuan organisasi dan
strategi yang akan dipergunakan untuk mencapai tujuan itu.
E
Organisasi
Formal dan Non formal
Organisasi sebagai wadah dapat
bersifat formal dan dapat pula bersifat non formal, masing-masing
mempunyai tujuan. Perbedaan antara organisasi formal dan organisasi non formal yaitu:
1.
Formal:
a.
Hubungan
individu jelas(terstruktur dalam organisasi)
b.
Pemimpin
diangkat dengan surat keputusan
c.
Pengendalian
prilaku melalui penghargaan dan hukuman
d.
Kapasitas
pimpinan tergantung penghargaan dan hukuman
e.
Resmi
2.
Non formal:
a.
Hubungan
individu tergantung kekeluargaan, kedekatan pertemanan
b.
Pemimpin
dipilih tanpa surat keputusan
c.
Pengendalian
prilaku melalui pemenuhan kebutuhan
d.
Kapasitas
pimpinan tergantung kelompoknya
e.
Tidak
resmi
F
Organisasi
Sekolah
Organisasi merupakan aktivitas dalam
membagi kerja, mengelompokkan jenis pekerjaan, memberi wewenang, menetapkan
saluran perintah dan tanggung jawab kepada para pelaksana.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
sudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal
ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan
sekolah adalah kepala sekolah, guru, karyawan dan murid. Di samping itu sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor
dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita kepala
sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah, sehingga sebagai pemimpin kepala
sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia ditempatkan pada tempat paling
atas.
Organisasi sekolah yang baik
menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan
penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan
baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas
dan wewenang kepala sekolah, tugas guru, tugas karyawan sekolah.
Dengan organisasi yang baik dapat
dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan
(otoriter), suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya
partisipasi aktif dari semua pihak yang bertannggung jawab. Partisipasi aktif
yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang
bergerak dengan wadah OSIS (organisasi siswa intra sekolah). Oleh Karena itu
dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah maka fungsi dan peranan OSIS
tidak boleh dilupakan (Suryo Subroto,
2004: 140).
G Pengorganisasian Dalam Pandangan Islam
Pengorganisasian segala sumber daya
untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing pribadi hingga terwujud kerja sama
dalam mencapai tujuan melalui pelaksanaan rencana.
Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat
2 berfirman yang artinya:
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Dalam kehidupan organisasi yang di
dalamnya berisi kumpulan sejumlah orang adanya pembagian bidang pekerjaan
adanya koordinasi di mana kerja sama berlangsung dan usaha mencapai tujuan
bersama(organisasi) yang sekaligus menampung tujuan individu. Pembagian
pekerjaan menciptakan adanya pemimpin dan anggota di mana dengan otoritas dan
keteladanannya mempengaruhi
para anggota untuk bekerja secara sukarela dan bersama-sama mencapai tujuan.
Dalam surat An-Nisa’ ayat 58 yang
artinya:
“Sungguh
Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya
dengan adil. Sesungguhnya sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu.”
Suatu yang diwakilkan kepadanya dan
menyadari benar bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban tersebut di hadapan
Allah. Orang-orang
yang menerima amanah berarti harus mempertanggung jawabkannya kepada Allah
dan organisasi yang memberikan kepercayaan tersebut. Amanah harus diberikan
kepada orang-orang yang berhak yaitu orang-orang yang memiliki kompetensi
intelektual dan manajerial, dalam organisasi harus diberi amanah dalam jabatan
tertentu sesuai kemampuannya, sebab profesionalisme sangat dihargai dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko. T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hughes, K., & Batten, L. 2016. The
Development of Social and Moral Responsibility in Terms of Respect for the
Rights of Others. Jurnal Ilmiah Peuradeun.
Husaini Usman. 2006. Manajemen Teori, Praktik
dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
I.
Gitosudarmo. 1983. Prinsip Dasar Manajemen.
Yogyakarta: BPFE-UGM.
Idris, S., & Tabrani ZA. 2017. Realitas
Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. JURNAL EDUKASI:
Jurnal Bimbingan Konseling.
Lewis, M., & Ponzio, V. 2016. Character
Education as the Primary Purpose of Schooling for the Future. Jurnal Ilmiah
Peuradeun.
M. Thoha. 1993. Prilaku Organisasi Konsep
Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Melayu S.P Hasibuan. 2001. Manajemen Dasar,
Pengertian dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nanang Fatah. 1996. Landasan Manajemen
Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Nufiar, N., & Idris, S. 2016. Teacher
Competence Test of Islamic Primary Teachers Education in State Islamic Primary
Schools (MIN) of Pidie Regency. Jurnal Ilmiah Peuradeun.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di
Sekolah.
Jakarta: Rineka
Cipta.
Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan. Jakarta: Ciputat Pres.
Tabrani ZA. 2009. Ilmu Pendidikan
Islam (antara Tradisional dan Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.
Tabrani ZA. 2011. Dynamics of
Political System of Education Indonesia. International Journal of
Democracy.
Tabrani ZA. 2012. Future Life of
Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy.
Terry, George R. 2006. Guide to Management,
terj. J. Smith. D.F.M, Jakarta: Bumi
Aksara.
M. Munir & Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Pranada Media.
Abeng, Tanri.2006. Profesi Manajemen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar