Ikuti Kami...!!!
https://strukturmanagemen.blogspot.com
A. Latar Belakang
Dalam proses pendidikan islam, salah satu faktor terpenting
untuk tercapainya tujuan pendidikan adalah dengan metode pendidikan yang baik
dan tepat. Sehingga bisa dibilang kedudukan
sebuah metodesangatlah signifikan. Sebaik apapun tujuan pendidikan,
jika metode yang digunakan tidak tepat, maka tujuan tersebut akan sulit
tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya sebuah
informasi dapat diterima secara lengkap atau tidak. Bahkan metode sebagai seni
dalam mentransfer ilmu pengetahuan dianggap lebih penting dengan materi itu
sendiri, ini sesuai dengan hikmah yang selalu diingatkan kepada para pendidik
yaitu “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah”( metode jauh lebih penting daripada
materi). Oleh sebab itu, pemilihan sebuah metode dalam proses pembelajaran
haruslah dipilih secara cermat dan tepat, agar hasil pendidikan dapat
memuaskan.
Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah SAW sejak awal sudah
mencontohkan dan melakukan metode pendidikan yang tepat kepada para sahabatnya.
Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dan tepat dalam
menyampaikan ajaran islam. Rasulullah sangat memperhatikan situasi, kondisi dan
karakter seseorang sehingga nilai-nilai islam yang ditransferkan bisa dengan
mudah dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam makalah ini akan
dijelaskan beberapa metode-metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan,
khususnya dalam pendidikan islam
Banyak Hadis yang mengajarkan suatu materi keislaman kepada umat
manusia dengan menggunakan metode tertentu. Bahkan terkadang suatu materi
disampaikan Nabi SAw dengan menggunakan metode yang berbeda dalam kondisi yang
berbeda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya metode penyampaian bahan pelajaran
agar dapat diterima anak didik dengan baik. Metode pembelajaran sebagai alat
mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan. Perumusan tujuan dengan
sejelas-jelasnya merupakan persyara terpenting, sebelum seseorang
menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Kekaburan di dalam tujuan
yang akan dicapai menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode dan
pendekatan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1.Apa Saja Metode-Metode Pembelajaran
a. Metode Drill Dan Eksperimen
b. Metode Asistensi
c. Metode Tanya Jawab
d. Metode Drama
C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Dan Memahami Metode-Metode Yang Di Ajarkan Oleh Rasullulah
Terkait Dengan Pendidikan Serta Cara-Cara Yang Dilakukan untuk menerapkan
metode-metode itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode drill dan eksperimen (HR. Al-Bukhari)
a.
Hadist dan Artinya
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ،
قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي
سَعِيدٍ، عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
دَخَلَ المَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ، فَصَلَّى، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَدَّ وَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ
تُصَلِّ»، فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى، ثُمَّ جَاءَ، فَسَلَّمَ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ،
فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ» ثَلاَثًا، فَقَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ مَا
أُحْسِنُ غَيْرَهُ، فَعَلِّمْنِي، فَقَالَ: «إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ
فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ
حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ
اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا،
وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا (رواه
البخارى)[1]
Artinya :
Muhammad bin Basysyar telah menceritakan
kepada kami, beliau berkata: (Yahya) menceritakan kepada kami, dari ['Ubaidullah,]
beliau berkata: [Sa'id bin Abu Sa'id] menceritakan kepadaku, dari [ayahnya],
dari [Abu Hurairah]: Bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa
sallam pernah masuk masjid, lalu ada seseorang masuk dan shalat, selesai
shalat dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau menjawab salam, lalu berkata, “Kembalilah ulangi shalatmu.
Sesungguhnya engkau belum shalat.” Orang itu kembali shalat seperti dia shalat
sebelumnya. Lalu datang lagi dan mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Kembalilah, shalatlah lagi. Sesungguhnya
engkau belum shalat.” Sampai tiga kali. Orang itu berkata: Demi Yang telah
mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat lebih baik daripada
ini, ajarilah saya. Maka beliau bersabda, “Jika engkau berdiri melakukan
shalat, bertakbirlah. Lalu bacalah bacaan Al-Qur`an yang mudah bagimu. Kemudian
ruku'lah, hingga engkau thuma`ninah ruku'. Lalu angkatlah kepalamu, hingga
engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma`ninah sujud.
Kemudian angkatlah kepalamu, hingga engkau thuma`ninah duduk. Dan lakukanlah
hal itu pada seluruh shalatmu.”[2]
b. Redaksi Hadist
1. Sanat: Imam Bukhari – Muhammad bin Basysyar – Yahya
– Ubaidillah – Sa’id Bin Abu Sa’id – Abu Huraira R.a – Nabi Muhammad SAW
2. Rawi: Nabi Muhammad SAW - Abu Hurairah - Sa’id bin
Abu Sa’id - Ubaidillah – Yahya - Muhammad bin Basysyar – Imam Bukhari
3. Matan Hadist :
Bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk masjid,
lalu ada seseorang masuk dan shalat, selesai shalat dia mengucapkan salam
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau
menjawab salam, lalu berkata, “Kembalilah ulangi shalatmu. Sesungguhnya engkau
belum shalat.” Orang itu kembali shalat seperti dia shalat sebelumnya. Lalu
datang lagi dan mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam. Beliau bersabda, “Kembalilah, shalatlah lagi. Sesungguhnya engkau belum
shalat.” Sampai tiga kali. Orang itu berkata: Demi Yang telah mengutus engkau
dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat lebih baik daripada ini, ajarilah
saya. Maka beliau bersabda, “Jika engkau berdiri melakukan shalat,
bertakbirlah. Lalu bacalah bacaan Al-Qur`an yang mudah bagimu. Kemudian
ruku'lah, hingga engkau thuma`ninah ruku'. Lalu angkatlah kepalamu, hingga
engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma`ninah sujud.
Kemudian angkatlah kepalamu, hingga engkau thuma`ninah duduk. Dan lakukanlah
hal itu pada seluruh shalatmu.”(HR. Bukhari dan Muslim)
c. Sumber Riwayat
a. Biografi Imam
Bukhari
Nama lengkapnya
adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al
Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam
Bukhari, karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan. Sewaktu kecil Al Imam
Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud
adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan
penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada
pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan
kedua mata putranya.
Ketika berusia
sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan
pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir,
dan Syam. Guru-guru
beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah
Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu
Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al
Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin
Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin Makhlad, Thalq
bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi,
Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al
Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.
Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab
beliau yang diberi judul Al Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al
Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab
Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al
Quran. Al Imam Al
Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia
enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa
di Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al
Bukhari.[3]
d. Mukharrij
a. Biografi Abu
Hurairah
Menurut
pendapat mayoritas, nama beliau adalah 'Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. Pada
masa jahiliyyah, beliau bernama Abdu Syams, dan ada pula yang berpendapat lain.
Kunyah-nya Abu Hurairah (inilah yang masyhur) atau Abu Hir, karena memiliki
seekor kucing kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau
saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya, dan beliau
simpan di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul Bukhari, bahwa
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”. Ahli hadits
telah sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits.
Abu Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat
lebih dari 5300 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu.
Selain
meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau Radhiyallahu 'anhu
juga meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, al Fadhl bin al Abbas, Ubay bin Ka’ab,
Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, Bushrah al Ghifari, dan Ka’ab al Ahbar Radhiyallahu
'anhum. Ada sekitar 800 ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang
meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dan beliau
Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan
beribu-ribu hadits. Namun, bukan berarti beliau yang paling utama di antara
para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Imam asy Syafi’i
berkata,"Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal
dalam meriwayatkan hadits pada zamannya (masa sahabat).”
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah, Beliau wafat pada umur 78 tahun[4]
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah, Beliau wafat pada umur 78 tahun[4]
e.
Takhrij Hadist
الجامع
المسند الصحيح المختصر من أمور رسول الله صلى الله عليه وسلم وسننه وأيامه = صحيح
البخاري
المادة ( باب وجوب القراءة
للاءمام والمأموم في) \الصفحة 152\الجزء 1\النمرة 757
f.
Penjelasan Hadist
Hadist
diatas menjelaskan bagaimana Nabi Mengajarkan Shalat Kepada Sahabat yang belum
bisa melakukanya dengan benar. Begit Beliau Masuk duduk didalam masjid ada
seorang laki-laki dalam suatu riwayat khalad bin Rafi’ bin kakek Ali bin yahya,
فَصَلَّى،
فَسَلَّمَ
Laki-laki itu melaksanakan shalat kemudiaan memberi salam kepada Nabi
Muhammad SAW Menurut Riwayat Daud Bin
Qays Menambahkan Shalat Dua Rakaat ini memberi isyarat bahwa shalat yang
dikerjakanya adalah shalat sunnah dan yang lebih mendekati adalah shalat
Tahiyatullmasjid.selesai melakukan shalat laki-laki ini menemui Rasullulah SAW
Dengan memberi salam Beliau Pun menjawab Salamnya Kemudian Beliau Bersabda:
ارْجِعْ
فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
Ulangi shalatmu sesunnggunhya engkau belum melaksanakan shalat laki-laki
ini lahirnya sudah melaksanakan shalat tetapi disuruh mengulangi shalatnya. Hal
ini terjadi dikarnakan shalatnya tidak didasari ilmu yakni meninggalkan atau
mengampangkan sebagian rukun shalat, misalnya rukuk dan sujud tidak ada
tuma’ninah .[Al-Qadhi Iyadah] Berkata Bahwa ibadahnya orang bodoh yng tidak
didasari ilmu yang tidak cukup artinya tidak sah dan tidak diterima. Laki-laki
itu kembali menggulang shalatnya. Kemudian memberi salam kepada nabi Saw dan
diperintahkan mengulagi shalatnya sampai diulang tiga kali. Setelah itu ia
menyerah kepada Nabi Bahwa Shalat Ulang yang ketiga itu yang paling baik
menurutnya ialah minta diajarkan shalat yang benar, Lantas Nabi Mengajarkanya:
إِذَا
قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ
Ketika Anda berdiri Akan shalat maka
takbirlah tentuya disini perintah juga berwudhu sebelum takbir masuk
melaksanakan shalat karena sahnya shalat tentunya dengan berwudhu atau bersuci
tau syarat-syarat lain.
ثُمَّ
اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ
Kemudiaan
bacalah apa yang mudah bersamamu daari pada Al-qur’an. Al-Nawawi berpendapat
bahwa maksud apa yang mudah bersamamu adalah surat al Fatihah karena dia mudah
bagi semua kaum Muslimin atau diartikan tambahan surat setelah al-Fatihah atau
surat apa saja bagi orang yang tidak mampu membaca al-Fatihah. Kalau tidak
mampu membaca surat dari Al-Quran boleh dengan kalimat thayyibah seperti
membaca tahmid, tasbih, dan tahlil.
Setelah
itu Rasul mengajarkan shalat yang benar yakni ru disertai thumakninah (tenang
sejenak) dikerjakan dengan sempurna, iktidal bangun dari rukuk sampai tegak
lurus dan thumakninah, suju dan duduk di antara sujud juga demikia laki-laki di
atas shalatnya terlalu cepat tidak memerhatikan thumakninah pada rukuk,
iktidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud. Shalat yang seperti di atas
tentunya tidak sah, karena meninggalkan sebagian rukun yakni thumakninah pada
beberapa tempat tersebut. Shalat yang seperti terse- but ibarat makannya seekor
burung atau ayam, paruhnya diletakkan sekadar menangkap makanan tanpa ada diam
sejenak
Metode
pengajaran shalat yang dilakukan Nabi pada Hadis di atas dapat disebut metode
drill, eksperimen, dan demonstrasi. Karena seorang laki-laki tersebut
memperlihatkan bagaimana cara shalat yang benar dan berusaha melaksanakannya
secara benar, sehingga diulang- ulang sampai tiga kali. Kemungkinan ia sudah
pernah belajar dari orang lain tetapi belum memenuhi sasaran yang benar. Kemampuannya
ter- batas pelaksanaan shalatnya kurang benar kemudian diluruskan dan
didemonstrasikan Nabi SAW begini cara shalat yang benar. Metode eksperimen di
sini guru yakni Nabi SAW bersama seorang sahabat tersebut sebagai muridnya
mengerjakan cara shalat yang benar sebagai latihan praktis dari apa yang
diketahui. Ia dicoba melakukan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuannya,
setelah tidak ada kemam puan memperbaiki shalatnya baru diluruskan oleh Nabi
ini juga disebut inkuiri (inquiry) arti harfiyahnya adalah pertanyaan. Pemeriksaan
dan penyeledikan. Maksudnya rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis un tuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dan satu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009: 196).
Dalam
pelaksanaan pendidikan agama banyak digunakan metode demonstrasi dan
eksperimen, terutama dalam menerangkan atau menjelaskan tentang cara
mengerjakan (kaifiat) suatu ibadah misalnya: berwudhu, shalat, dan haji. Bahkan
Rasulullah SAw mengajarkan shalat dengan cara demonstrasi, hal ini tergambar
pada Hadis Rasulullah:
صَلُّوا
كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
"Shalatlah kamu sebagaimana aku melaksanakan
shalat" (HR. al-Bukhari)[5]
Pelajaran yang Dipetik dari Hadis
a.
Ibadah dikerjakan berdasarkan ilmu, tanpa ilmu ibadah
tidak sah
b.
Pengajaran ibadah seperti shalat dengan menggunakan
metode drill eksperimen dan demonstrasi lebih baik karena guru langsung melihat
kesalahan dan kebenaran suatu ibadah yang dikerjakan murid.
c.
Murid diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri,mengoreksi
diri dan berusaha memperbaiki diri dalam melakukan pembelajaran shalat.
d.
Shalat tahiyatul masiid didahulukan daripada memberi
salam dengan sesamanya, karena hak Allah didahulukan daripada hak manusia.
e.
Mengulang-ulang salam ketika bertemu disunahkan sekalipun
pemisahnya sebentar.
2.
Metode asistensi (HR. Abu Dawud)
a.
Hadist Dan Artinya
- حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو
الْأَحْوَصِ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ رِبْعِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَجُلٌ مَنْ
بَنِي عَامِرٍ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتٍ فَقَالَ: أَلِجُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَادِمِهِ: " اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ
الِاسْتِئْذَانَ، فَقُلْ لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ " فَسَمِعَهُ
الرَّجُلُ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ فَأَذِنَ لَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَدَخَلَ (رواه
أبو داود)[6]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin
Abu Syaibah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Ahwash] dari
[Manshur] dari [Rib'i] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [seorang
laki-laki dari Bani Amir] Bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau di dalam rumah. Ia berkata,
"Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata
kepada pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia cara minta izin.
Suruh dia mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" laki-laki
itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan, "Assalamu
'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam memberi izin, dan ia pun masuk."
b.
Redaksi Hadist
·
Sanad : Abu dawud – Abu Bakar bin Abu
Syuaiba – Abu Ahwash – Mashur – Rib’iy – Nabi Muhammad SAW
·
Prawi : Nabi Muhammad SAW – Rab’iy – Mashur
– Abu Ahwas – Abu Bakar Bin Abu Syuaiba – Abu Dawud
·
Matan Hadist :
Bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau di dalam rumah. Ia berkata,
"Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata
kepada pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia cara minta izin.
Suruh dia mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" laki-laki
itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan, "Assalamu
'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam memberi izin, dan ia pun masuk."
c.
Sumber Riwayat
a.
Biografi Abu Dawud
Nama
lengkap Abu Dawud ialah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad
bin Amar al-Azdi as-Sijistani.Beliau adalah Imam dan tokoh ahli hadits, serta
pengarang kitab sunan. Beliau dilahirkan tahun 202 H. di Sijistan. Sejak kecil Abu
Dawud sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba
ilmunya. Sebelum dewasa, dia sudah mempersiapkan diri untuk melanglang ke
berbagai negeri. Dia belajar hadits dari para ulama yang ditemuinya di Hijaz,
Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri lainnya.
Pengemba-raannya ke beberapa negeri itu menunjang dia untuk mendapatkan hadits
sebanyak-banyaknya. Kemudian hadits itu disaring, lalu ditulis pada kitab
Sunan.
Sebagian
ulama berkata: "Perilaku Abu Dawud, sifat dan kepribadiannya menyerupai
Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad bin Hanbal menyerupai Waki’; seperti
Sufyan as-Sauri, Sufyan seperti Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha’i,
Ibrahim menyerupai Alqamah. "Alqamah seperti Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Mas’ud
seperti Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Sifat dan
kepribadian seperti ini menunjukkan kesempurnaan beragama, prilaku dan akhlak
Abu Dawud.Abu Dawud mempunyai falsafah tersendiri dalam berpakaian. Salah satu
lengan bajunya lebar dan satunya lagi sempit. Bila ada yang bertanya, dia
menjawab: "Lengan yang lebar ini untuk membawa kitab, sedang yang satunya
tidak diperlukan. Kalau dia lebar, berarti pemborosan."Imam Abu Dawud
meninggalkan seorang putra bernama Abu Bakar Abdullah bin Abu Dawud. Dia adalah
seorang Imam hadits putra seorang imam hadits pula. Dilahirkan tahun 230 H. dan
wafat tahun 316 H.[7]
d. Mukharrij
a. Biografi Rib’iy
Biografi Singkat Perawi Hadis Sahabat Nama
lengkap perawi Hadis Rib'iy bin Hirasy al-Abbasiy. Nama panggilannya Abu Maryam
al-Kufiy. Dia seorang tabi i besar tinggal di Kufah dan meninggal pada tahun
100 H al-Dzahabi berkata: "Rib'iy ini seorang yang patuh beragama tidak
pernah bohong sama sekali" Demikian juga al-Ajaliy mengungkapkan, "bahwa
Rib'iy termasuk manusia terpilih dan tidak pernah bohong sama sekali" Rib
iy meriway- atkan Hadis dari seorang sahabat dari Bani Amir yang tidak
disebutkan namanya. Hal ini tidak apa dan tidak mengurangi kualitas Hadis,
karena jumhur ulama menilai bahwa semua sahabat adil.
e. Takhrrij Hadist
سنن ابو داود في المادة\باب كيف الاستئذن\ الجز 4 \ الصفحة 354 \النمرة 5177
f.
Penjelasan Hadist
Hadis di atas menjelaskan adab masuk ke rumah orang lain.
Nabi tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah Beliau sebelum
mengucapkan salam dan minta izin atau permisi. Seorang sahabat yang bernama
Rib'i bin Hiras y memberitakan bahwa ada seorang laki-laki dari ani Amir ingin
bertemu dengan Rasulullah hanya minta izin atau permisi saja tidak memberi
salam terlebih dahulu dengan ucapannya: -Bolehkah saya masuk?" Nama
seorang laki-laki Bani Amir di sini tidak disebutkan dalam ilmu Hadis disebut
isim am, tetapi yang jelas dia seorang sahabat, karena ia bertemu dan beriman
kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengajarkannya melalui pembantunya atau
asisten untuk memberi pengajaran bagaimana sebenarnya dalam Islam etika masuk
ke rumah orang lain yaitu dengan memberi salam, kepada penghuninya dan minta
izin. Hal ini dilakukan sudah menjadi kewajiban seorang Nabi atau seorang guru
ketika melihat ketimpangan atau kekeliruan yang dilakukan seorang sahabat atau
murid segera diluruskan. Nabi bersabda kepada pembantunya
اخْرُجْ
إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الِاسْتِئْذَانَ
"Keluarlah dan ajarkan kepada orang itu tentang tata
cara minta izin”
Asisten Rasul itu disuruh keluar berhadapan dengan tamu
yang akan bertemu tersebut. Artinya antara pengajar dan yang diajar memang
harus ada pertemuan secara langsung, agar materi ajar dapat disam- paikan dan
dapat diterima dengan baik. Setelah bertemu dan bertatap muka barulah dimulai
proses pembelajaran. Lanjutan sabda Beliau:
فَقُلْ
لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ
"Ucapkanlah assalamu'alaikum bolehkah saya masuk?
Tetapi laki-laki tersebut mendengar pengajaran Rasul yang
akan diberikan melalui asistennya. Lantas laki-laki tersebut melakukannya
memberi salam dan minta izin kemudian diizinkan masukoleh Rasul SAW.
Hadis yang hampir sama juga dilakukan seorang sahabat ke-
tika akan masuk ke rumah Nabi tidak salam dan tidak minta izin se- bagaimana
dijelaskan di atas. Nabi bersabda:
فَقُلْ
لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ اخْرُجْ
“Kembalilah maka ucapkan assalamu'alaikum bolehkah saya
masuk?” (HR. Abu Daud dan at-Turmudzi)
azan diperintahkan ketika akan memasuki rumah orang lain
Isti yakni gabungan salam dan minta izin. Misalnya assalamualaikum permisi atau
bolehkah saya masuk? n lain-lain. Perintah yang sama juga disebutkan dalam QS.
an-Nuur (24):27:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا
بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat. [8]
Tetapi jika di rumah tidak ada orang atau ke rumah
sendiri hanya di- perintahkan memberi salam saja sebagaimana dalam QS. an-Nuur
(24):61
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلا
تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا
هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari rumah-rumah
(ni) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi
salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang
diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya bagimu,
agar kamu memahaminya.[9]
Etika atau adab masuk ke rumah orang lain menggabungkan
salam an minta izin sedangkan rumah sendiri hanya memberi salam saja. Maksud
memberi salam tentunya memberi penghormatan dari sisi Al lah kepada pemilik
atau penghuni rumah dengan ucapan selamat atau doa selamat sebagai sunah
pertemuan seorang Muslim dengan Muslim lain. Atau salam terhadap para malaikat
jika rumah itu kosong tidak ada penghuninya. Adapun minta izin masuk merupakan
keharusan karena bawah kekuasaannya, di samping agar penghuni rumah itu di siap
menerima tamu baik dalam berpakaian maupun lingkungan rumah. Karena barangkali
ia sedang berpakaian rumah yang bebas, tak sopan, dan tidaklayak dipandang
orang di luar rumah. Atau kebersihan lingkungan rumah dan ketertibannya belum
siap menerima tamu. Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis yang diriwayatkan oleh
Sahl bin Sa'ad ra.
إِنَّمَا جُعِلَ الأستئذَانُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ (متفق عليه)
"Sesungguhnya disunahkan minta izin (istikdzan) untuk
menjaga pandangan mata. (HB. Bukhari dan Muslim)
Lain halnya jika tamu langsung masuk ke rumah orang lain
sekali- pun dianggap dekat, ternyata penghuni rumah hanya berpakaian kutang
saja atau celana mini saja, bukankah hal tersebut akan membuat malu atau
diketahui rahasianya.
Dalam tradisi masyarakat minta izin ini dilakukan dengan
ber bagai cara dan bahasa. Sebagian daerah dengan cara mengetuk pintu dan
sebagian yang lain dengan kata-kata yang dipahami di antaranya: nuwun, nuwun
sewu, permisi, dan permius. Adab minta izin etikanya hanya dilakukan tiga kali.
Jika diterima dan dipersilakan masuk, boleh masuk, dan jika tidak ada jawaban
sebaiknya kembali saja sampai pada kesempatan lain. Rasulullah SAW bersabda
yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari:
الاِسْتَئْذَانُ ثَلاَثٌ فَإِنْ أُذِنَ لَكَ وَإِلاَّ
فَارْجِعْ (متفق عليه)
"Minta izin itu tiga
kali, jika diizinkan kamu boleh masuk dan jika tidak maka kembalilah. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Metode penyampaian Hadis di atas dalam konteks pendidikan
adalah metode asistensi, artinya pengajaran masuk ke rumah orang lain diberikan
oleh asisten Nabi yakni pembantunya tidak langsung oleh Nabi sendiri. Nabi
mengajarkan kepada asistennya dan asisten mengajarkan kepada tamu yang ingin
bertemu Rasulullah agar meng ucapkan: "assalamu'alaikum (dan permisi)
bolehkah saya masuk? Setelah itu baru diizinkan masuk. Demikian Kebijakan
Seorang Guru Yakni Rasullulah Ketika Melihat seorang sahabat salah melakukan
sesuatu langsung diluruskan dengan penuh bijaksana dalam hal ini cukum melalui
orang lain karena dipandang melalui asisten lebih dahulu.
Pendidikan yang Dipetik dari Hadis
a. Adab masuk
rumah orang lain mengucapkan salam dan minta izin
b. Mengajarkan
adab masuk ke rumah orang lain bagi tamu yang belum paham tentang adab dalam
Islam baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Metode
pengajaran asistensi sedangkan asisten mengajarkan mu ridnya dengan metode
demonstrasi dan eksperimen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasulullah seorang guru yang amat bijak, dalam
memberikan pembelajaran menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang
berfariasi disesuaikan dengan kondisi dan situasi anak didik yang di hadapi
tidak hanya terpaku pada satu metode saja, misalnya hanya ceramah saja sehingga
suasana belajar bergairah dan menyenangkan. Di antara metode yang Beliau
gunakan antara lain
1. Metode drill
dan eksperimen, Rasulullah ketika melihat seorang sahabat yang salah dalam
melakukan shalat tidak langsung dibenar- kan, tetapi disuruh berusaha
membenarkan sendiri. Setelah sahabat tersebut tidak mampu membenarkan sendiri
barulah Nabi meluruskan begini cara shalat yang benar dengan demonstrasikan.
2. Metode
asistensi, ketika ada seorang yang akan bertamu kepada Rasulullah SAW hanya
minta izin tanpa salam kepada Beliau, maka Beliau cukup mengirim asistennya
untuk mengajarkan etika bertamu dalam Islam yaitu memberi salam terlebih dahulu
kemudian minta izin. Setelah dilakukan seperti itu Rasulullah keluar
menyambutnya.
B. Saran
Dalam penulisan ini kita hanya bisa tergantung
dengan buku karna keterbatasan pengetahuan kami jika ada salah dan kurang kaim
minta untuk bisa di benarkan dan di berikan petunjuk untuk bisa lebih memahami
sehingga kita bisa menguasai dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Khon, Abdul Majid. 2012. Hadist
Tarbawi (hadist-hadist Pendidikan). Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Mujam ma’ Al Malik Fadih Li Thiba’at Al
Mushaf Asy Syarif Madinah Munawwarah Kerajaan Saudi Arabia
http://ismailibnuisa.blogspot.co.id/2013/03/shahih-al-bukhari-hadits-nomor-757.html
Link Download:
[1] HR Al-Bukhari :757
[2] http://ismailibnuisa.blogspot.co.id/2013/03/shahih-al-bukhari-hadits-nomor-757.html
[3]
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-imam-bukhari.html
[4]
http://pustakaimamsyafii.com/biografi-abu-hurairah-radhiyallahu-anhu.html
[5] Khon, Abdul Majid, Hadist Tarbawi,
Jakarta : Prenadamedia Group, Hlm. 39
[7]
http://bukuensiklopediahadits.blogspot.co.id/2013/04/biografi-imam-abu-daud.html
[8] Al-Qur’an Dan Tarjamah Mushaf Maliki Surat
An-Nur 24 hlm 555
[9] Ibid hlm 555
Tidak ada komentar:
Posting Komentar