• Metode-Metode Pembelajaran Menurut Rasullulah SAW Beserta Hadist Dan Terjemahnya

    Ikuti Kami...!!! 

    https://strukturmanagemen.blogspot.com


    BAB I
    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang
    Dalam proses pendidikan islam, salah satu faktor terpenting untuk tercapainya tujuan pendidikan adalah dengan metode pendidikan yang baik dan tepat. Sehingga bisa dibilang kedudukan sebuah metodesangatlah signifikan. Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika metode yang digunakan tidak tepat, maka tujuan tersebut akan sulit tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya sebuah informasi dapat diterima secara lengkap atau tidak. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan dianggap lebih penting dengan materi itu sendiri, ini sesuai dengan hikmah yang selalu diingatkan kepada para pendidik yaitu “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah”( metode jauh lebih penting daripada materi). Oleh sebab itu, pemilihan sebuah metode dalam proses pembelajaran haruslah dipilih secara  cermat dan tepat, agar hasil pendidikan dapat memuaskan.
    Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah SAW sejak awal sudah mencontohkan dan melakukan metode pendidikan yang tepat kepada para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dan tepat dalam menyampaikan ajaran islam. Rasulullah sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai islam yang ditransferkan bisa dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa metode-metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, khususnya dalam pendidikan islam
    Banyak Hadis yang mengajarkan suatu materi keislaman kepada umat manusia dengan menggunakan metode tertentu. Bahkan terkadang suatu materi disampaikan Nabi SAw dengan menggunakan metode yang berbeda dalam kondisi yang berbeda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya metode penyampaian bahan pelajaran agar dapat diterima anak didik dengan baik. Metode pembelajaran sebagai alat mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyara terpenting, sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Kekaburan di dalam tujuan yang akan dicapai menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode dan pendekatan yang tepat.

    B.     Rumusan Masalah
    1.Apa Saja Metode-Metode Pembelajaran
          a. Metode Drill Dan Eksperimen
          b. Metode Asistensi
          c. Metode Tanya Jawab
          d. Metode Drama

    C.   Tujuan Penulisan
    Untuk Mengetahui Dan Memahami Metode-Metode Yang Di Ajarkan Oleh Rasullulah Terkait Dengan Pendidikan Serta Cara-Cara Yang Dilakukan untuk menerapkan metode-metode itu sendiri














    BAB II
    PEMBAHASAN
    1.      Metode drill dan eksperimen (HR. Al-Bukhari)
    a.       Hadist dan Artinya
    حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي
    سَعِيدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ المَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ، فَصَلَّى، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَدَّ وَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ»، فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى، ثُمَّ جَاءَ، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ» ثَلاَثًا، فَقَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ، فَعَلِّمْنِي، فَقَالَ: «إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا (رواه البخارى)[1]
    Artinya :
    Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: (Yahya) menceritakan kepada kami, dari ['Ubaidullah,] beliau berkata: [Sa'id bin Abu Sa'id] menceritakan kepadaku, dari [ayahnya], dari [Abu Hurairah]: Bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk masjid, lalu ada seseorang masuk dan shalat, selesai shalat dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau menjawab salam, lalu berkata, “Kembalilah ulangi shalatmu. Sesungguhnya engkau belum shalat.” Orang itu kembali shalat seperti dia shalat sebelumnya. Lalu datang lagi dan mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Kembalilah, shalatlah lagi. Sesungguhnya engkau belum shalat.” Sampai tiga kali. Orang itu berkata: Demi Yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat lebih baik daripada ini, ajarilah saya. Maka beliau bersabda, “Jika engkau berdiri melakukan shalat, bertakbirlah. Lalu bacalah bacaan Al-Qur`an yang mudah bagimu. Kemudian ruku'lah, hingga engkau thuma`ninah ruku'. Lalu angkatlah kepalamu, hingga engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma`ninah sujud. Kemudian angkatlah kepalamu, hingga engkau thuma`ninah duduk. Dan lakukanlah hal itu pada seluruh shalatmu.”[2]
    b.      Redaksi Hadist
    1.      Sanat: Imam Bukhari – Muhammad bin Basysyar – Yahya – Ubaidillah – Sa’id Bin Abu Sa’id – Abu Huraira R.a – Nabi Muhammad SAW

    2.      Rawi: Nabi Muhammad SAW - Abu Hurairah - Sa’id bin Abu Sa’id - Ubaidillah – Yahya - Muhammad bin Basysyar – Imam Bukhari

    3.      Matan Hadist :

    Bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk masjid, lalu ada seseorang masuk dan shalat, selesai shalat dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau menjawab salam, lalu berkata, “Kembalilah ulangi shalatmu. Sesungguhnya engkau belum shalat.” Orang itu kembali shalat seperti dia shalat sebelumnya. Lalu datang lagi dan mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Kembalilah, shalatlah lagi. Sesungguhnya engkau belum shalat.” Sampai tiga kali. Orang itu berkata: Demi Yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat lebih baik daripada ini, ajarilah saya. Maka beliau bersabda, “Jika engkau berdiri melakukan shalat, bertakbirlah. Lalu bacalah bacaan Al-Qur`an yang mudah bagimu. Kemudian ruku'lah, hingga engkau thuma`ninah ruku'. Lalu angkatlah kepalamu, hingga engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma`ninah sujud. Kemudian angkatlah kepalamu, hingga engkau thuma`ninah duduk. Dan lakukanlah hal itu pada seluruh shalatmu.”(HR. Bukhari dan Muslim)

    c.       Sumber Riwayat
    a.       Biografi Imam Bukhari
    Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan. Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.
    Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam. Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.
    Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Al Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran. Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.[3]

    d.      Mukharrij
    a.       Biografi Abu Hurairah
    Menurut pendapat mayoritas, nama beliau adalah 'Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. Pada masa jahiliyyah, beliau bernama Abdu Syams, dan ada pula yang berpendapat lain. Kunyah-nya Abu Hurairah (inilah yang masyhur) atau Abu Hir, karena memiliki seekor kucing kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya, dan beliau simpan di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul Bukhari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”. Ahli hadits telah sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Abu Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat lebih dari 5300 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. 
    Selain meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau Radhiyallahu 'anhu juga meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, al Fadhl bin al Abbas, Ubay bin Ka’ab, Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, Bushrah al Ghifari, dan Ka’ab al Ahbar Radhiyallahu 'anhum. Ada sekitar 800 ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dan beliau Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan beribu-ribu hadits. Namun, bukan berarti beliau yang paling utama di antara para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Imam asy Syafi’i berkata,"Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan hadits pada zamannya (masa sahabat).”
    Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah
    , Beliau wafat pada umur 78 tahun[4]
    e.       Takhrij Hadist

    الجامع المسند الصحيح المختصر من أمور رسول الله صلى الله عليه وسلم وسننه وأيامه = صحيح البخاري
    المادة ( باب وجوب القراءة للاءمام والمأموم في) \الصفحة 152\الجزء 1\النمرة 757
    f.        Penjelasan Hadist
    Hadist diatas menjelaskan bagaimana Nabi Mengajarkan Shalat Kepada Sahabat yang belum bisa melakukanya dengan benar. Begit Beliau Masuk duduk didalam masjid ada seorang laki-laki dalam suatu riwayat khalad bin Rafi’ bin kakek Ali bin yahya,
                  فَصَلَّى، فَسَلَّمَ
    Laki-laki itu melaksanakan shalat kemudiaan memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW  Menurut Riwayat Daud Bin Qays Menambahkan Shalat Dua Rakaat ini memberi isyarat bahwa shalat yang dikerjakanya adalah shalat sunnah dan yang lebih mendekati adalah shalat Tahiyatullmasjid.selesai melakukan shalat laki-laki ini menemui Rasullulah SAW Dengan memberi salam Beliau Pun menjawab Salamnya Kemudian Beliau Bersabda:
    ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
    Ulangi shalatmu sesunnggunhya engkau belum melaksanakan shalat laki-laki ini lahirnya sudah melaksanakan shalat tetapi disuruh mengulangi shalatnya. Hal ini terjadi dikarnakan shalatnya tidak didasari ilmu yakni meninggalkan atau mengampangkan sebagian rukun shalat, misalnya rukuk dan sujud tidak ada tuma’ninah .[Al-Qadhi Iyadah] Berkata Bahwa ibadahnya orang bodoh yng tidak didasari ilmu yang tidak cukup artinya tidak sah dan tidak diterima. Laki-laki itu kembali menggulang shalatnya. Kemudian memberi salam kepada nabi Saw dan diperintahkan mengulagi shalatnya sampai diulang tiga kali. Setelah itu ia menyerah kepada Nabi Bahwa Shalat Ulang yang ketiga itu yang paling baik menurutnya ialah minta diajarkan shalat yang benar, Lantas Nabi Mengajarkanya:
    إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ
    Ketika  Anda berdiri Akan shalat maka takbirlah tentuya disini perintah juga berwudhu sebelum takbir masuk melaksanakan shalat karena sahnya shalat tentunya dengan berwudhu atau bersuci tau syarat-syarat lain.
    ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ
    Kemudiaan bacalah apa yang mudah bersamamu daari pada Al-qur’an. Al-Nawawi berpendapat bahwa maksud apa yang mudah bersamamu adalah surat al Fatihah karena dia mudah bagi semua kaum Muslimin atau diartikan tambahan surat setelah al-Fatihah atau surat apa saja bagi orang yang tidak mampu membaca al-Fatihah. Kalau tidak mampu membaca surat dari Al-Quran boleh dengan kalimat thayyibah seperti membaca tahmid, tasbih, dan tahlil.
    Setelah itu Rasul mengajarkan shalat yang benar yakni ru disertai thumakninah (tenang sejenak) dikerjakan dengan sempurna, iktidal bangun dari rukuk sampai tegak lurus dan thumakninah, suju dan duduk di antara sujud juga demikia laki-laki di atas shalatnya terlalu cepat tidak memerhatikan thumakninah pada rukuk, iktidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud. Shalat yang seperti di atas tentunya tidak sah, karena meninggalkan sebagian rukun yakni thumakninah pada beberapa tempat tersebut. Shalat yang seperti terse- but ibarat makannya seekor burung atau ayam, paruhnya diletakkan sekadar menangkap makanan tanpa ada diam sejenak
    Metode pengajaran shalat yang dilakukan Nabi pada Hadis di atas dapat disebut metode drill, eksperimen, dan demonstrasi. Karena seorang laki-laki tersebut memperlihatkan bagaimana cara shalat yang benar dan berusaha melaksanakannya secara benar, sehingga diulang- ulang sampai tiga kali. Kemungkinan ia sudah pernah belajar dari orang lain tetapi belum memenuhi sasaran yang benar. Kemampuannya ter- batas pelaksanaan shalatnya kurang benar kemudian diluruskan dan didemonstrasikan Nabi SAW begini cara shalat yang benar. Metode eksperimen di sini guru yakni Nabi SAW bersama seorang sahabat tersebut sebagai muridnya mengerjakan cara shalat yang benar sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui. Ia dicoba melakukan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuannya, setelah tidak ada kemam puan memperbaiki shalatnya baru diluruskan oleh Nabi ini juga disebut inkuiri (inquiry) arti harfiyahnya adalah pertanyaan. Pemeriksaan dan penyeledikan. Maksudnya rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis un tuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan satu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009: 196).
    Dalam pelaksanaan pendidikan agama banyak digunakan metode demonstrasi dan eksperimen, terutama dalam menerangkan atau menjelaskan tentang cara mengerjakan (kaifiat) suatu ibadah misalnya: berwudhu, shalat, dan haji. Bahkan Rasulullah SAw mengajarkan shalat dengan cara demonstrasi, hal ini tergambar pada Hadis Rasulullah:
    صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

    "Shalatlah kamu sebagaimana aku melaksanakan shalat" (HR. al-Bukhari)[5]
    Pelajaran yang Dipetik dari Hadis
    a.       Ibadah dikerjakan berdasarkan ilmu, tanpa ilmu ibadah tidak sah
    b.      Pengajaran ibadah seperti shalat dengan menggunakan metode drill eksperimen dan demonstrasi lebih baik karena guru langsung melihat kesalahan dan kebenaran suatu ibadah yang dikerjakan murid.
    c.       Murid diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri,mengoreksi diri dan berusaha memperbaiki diri dalam melakukan pembelajaran shalat.
    d.      Shalat tahiyatul masiid didahulukan daripada memberi salam dengan sesamanya, karena hak Allah didahulukan daripada hak manusia.
    e.       Mengulang-ulang salam ketika bertemu disunahkan sekalipun pemisahnya sebentar.

    2.      Metode asistensi (HR. Abu Dawud)
    a.      Hadist Dan Artinya
    - حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ رِبْعِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَجُلٌ مَنْ بَنِي عَامِرٍ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتٍ فَقَالَ: أَلِجُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَادِمِهِ: " اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الِاسْتِئْذَانَ، فَقُلْ لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ " فَسَمِعَهُ الرَّجُلُ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ فَأَذِنَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَدَخَلَ (رواه أبو داود)[6]

    Artinya:
    Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Ahwash] dari [Manshur] dari [Rib'i] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [seorang laki-laki dari Bani Amir] Bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau di dalam rumah. Ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata kepada pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia cara minta izin. Suruh dia mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" laki-laki itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan, "Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi izin, dan ia pun masuk."
    b.      Redaksi Hadist
    ·         Sanad : Abu dawud – Abu Bakar bin Abu Syuaiba – Abu Ahwash – Mashur – Rib’iy – Nabi Muhammad SAW

    ·         Prawi : Nabi Muhammad SAW – Rab’iy – Mashur – Abu Ahwas – Abu Bakar Bin Abu Syuaiba – Abu Dawud

    ·         Matan Hadist :
    Bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau di dalam rumah. Ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata kepada pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia cara minta izin. Suruh dia mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" laki-laki itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan, "Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi izin, dan ia pun masuk."

    c.       Sumber Riwayat
    a.       Biografi Abu Dawud
    Nama lengkap Abu Dawud ialah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-Sijistani.Beliau adalah Imam dan tokoh ahli hadits, serta pengarang kitab sunan. Beliau dilahirkan tahun 202 H. di Sijistan. Sejak kecil Abu Dawud sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba ilmunya. Sebelum dewasa, dia sudah mempersiapkan diri untuk melanglang ke berbagai negeri. Dia belajar hadits dari para ulama yang ditemuinya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri lainnya. Pengemba-raannya ke beberapa negeri itu menunjang dia untuk mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya. Kemudian hadits itu disaring, lalu ditulis pada kitab Sunan.
    Sebagian ulama berkata: "Perilaku Abu Dawud, sifat dan kepribadiannya menyerupai Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad bin Hanbal menyerupai Waki’; seperti Sufyan as-Sauri, Sufyan seperti Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha’i, Ibrahim menyerupai Alqamah. "Alqamah seperti Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Mas’ud seperti Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Sifat dan kepribadian seperti ini menunjukkan kesempurnaan beragama, prilaku dan akhlak Abu Dawud.Abu Dawud mempunyai falsafah tersendiri dalam berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar dan satunya lagi sempit. Bila ada yang bertanya, dia menjawab: "Lengan yang lebar ini untuk membawa kitab, sedang yang satunya tidak diperlukan. Kalau dia lebar, berarti pemborosan."Imam Abu Dawud meninggalkan seorang putra bernama Abu Bakar Abdullah bin Abu Dawud. Dia adalah seorang Imam hadits putra seorang imam hadits pula. Dilahirkan tahun 230 H. dan wafat tahun 316 H.[7]

    d.      Mukharrij
    a.       Biografi Rib’iy
    Biografi Singkat Perawi Hadis Sahabat Nama lengkap perawi Hadis Rib'iy bin Hirasy al-Abbasiy. Nama panggilannya Abu Maryam al-Kufiy. Dia seorang tabi i besar tinggal di Kufah dan meninggal pada tahun 100 H al-Dzahabi berkata: "Rib'iy ini seorang yang patuh beragama tidak pernah bohong sama sekali" Demikian juga al-Ajaliy mengungkapkan, "bahwa Rib'iy termasuk manusia terpilih dan tidak pernah bohong sama sekali" Rib iy meriway- atkan Hadis dari seorang sahabat dari Bani Amir yang tidak disebutkan namanya. Hal ini tidak apa dan tidak mengurangi kualitas Hadis, karena jumhur ulama menilai bahwa semua sahabat adil.

    e.       Takhrrij Hadist
    سنن ابو داود في المادة\باب كيف الاستئذن\ الجز 4 \ الصفحة 354 \النمرة 5177
    f.        Penjelasan Hadist
    Hadis di atas menjelaskan adab masuk ke rumah orang lain. Nabi tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah Beliau sebelum mengucapkan salam dan minta izin atau permisi. Seorang sahabat yang bernama Rib'i bin Hiras y memberitakan bahwa ada seorang laki-laki dari ani Amir ingin bertemu dengan Rasulullah hanya minta izin atau permisi saja tidak memberi salam terlebih dahulu dengan ucapannya: -Bolehkah saya masuk?" Nama seorang laki-laki Bani Amir di sini tidak disebutkan dalam ilmu Hadis disebut isim am, tetapi yang jelas dia seorang sahabat, karena ia bertemu dan beriman kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengajarkannya melalui pembantunya atau asisten untuk memberi pengajaran bagaimana sebenarnya dalam Islam etika masuk ke rumah orang lain yaitu dengan memberi salam, kepada penghuninya dan minta izin. Hal ini dilakukan sudah menjadi kewajiban seorang Nabi atau seorang guru ketika melihat ketimpangan atau kekeliruan yang dilakukan seorang sahabat atau murid segera diluruskan. Nabi bersabda kepada pembantunya
    اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الِاسْتِئْذَانَ
    "Keluarlah dan ajarkan kepada orang itu tentang tata cara minta izin”

    Asisten Rasul itu disuruh keluar berhadapan dengan tamu yang akan bertemu tersebut. Artinya antara pengajar dan yang diajar memang harus ada pertemuan secara langsung, agar materi ajar dapat disam- paikan dan dapat diterima dengan baik. Setelah bertemu dan bertatap muka barulah dimulai proses pembelajaran. Lanjutan sabda Beliau:
    فَقُلْ لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ
    "Ucapkanlah assalamu'alaikum bolehkah saya masuk?
    Tetapi laki-laki tersebut mendengar pengajaran Rasul yang akan diberikan melalui asistennya. Lantas laki-laki tersebut melakukannya memberi salam dan minta izin kemudian diizinkan masukoleh Rasul SAW.
    Hadis yang hampir sama juga dilakukan seorang sahabat ke- tika akan masuk ke rumah Nabi tidak salam dan tidak minta izin se- bagaimana dijelaskan di atas. Nabi bersabda:
    فَقُلْ لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ اخْرُجْ

    “Kembalilah maka ucapkan assalamu'alaikum bolehkah saya masuk?” (HR. Abu Daud dan at-Turmudzi)

    azan diperintahkan ketika akan memasuki rumah orang lain Isti yakni gabungan salam dan minta izin. Misalnya assalamualaikum permisi atau bolehkah saya masuk? n lain-lain. Perintah yang sama juga disebutkan dalam QS. an-Nuur (24):27:
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat. [8]
    Tetapi jika di rumah tidak ada orang atau ke rumah sendiri hanya di- perintahkan memberi salam saja sebagaimana dalam QS. an-Nuur (24):61

    فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
    Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari rumah-rumah (ni) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya bagimu, agar kamu memahaminya.[9]

    Etika atau adab masuk ke rumah orang lain menggabungkan salam an minta izin sedangkan rumah sendiri hanya memberi salam saja. Maksud memberi salam tentunya memberi penghormatan dari sisi Al lah kepada pemilik atau penghuni rumah dengan ucapan selamat atau doa selamat sebagai sunah pertemuan seorang Muslim dengan Muslim lain. Atau salam terhadap para malaikat jika rumah itu kosong tidak ada penghuninya. Adapun minta izin masuk merupakan keharusan karena bawah kekuasaannya, di samping agar penghuni rumah itu di siap menerima tamu baik dalam berpakaian maupun lingkungan rumah. Karena barangkali ia sedang berpakaian rumah yang bebas, tak sopan, dan tidaklayak dipandang orang di luar rumah. Atau kebersihan lingkungan rumah dan ketertibannya belum siap menerima tamu. Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa'ad ra.

    إِنَّمَا جُعِلَ الأستئذَانُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ (متفق عليه)
    "Sesungguhnya disunahkan minta izin (istikdzan) untuk menjaga pandangan mata. (HB. Bukhari dan Muslim)
    Lain halnya jika tamu langsung masuk ke rumah orang lain sekali- pun dianggap dekat, ternyata penghuni rumah hanya berpakaian kutang saja atau celana mini saja, bukankah hal tersebut akan membuat malu atau diketahui rahasianya.

    Dalam tradisi masyarakat minta izin ini dilakukan dengan ber bagai cara dan bahasa. Sebagian daerah dengan cara mengetuk pintu dan sebagian yang lain dengan kata-kata yang dipahami di antaranya: nuwun, nuwun sewu, permisi, dan permius. Adab minta izin etikanya hanya dilakukan tiga kali. Jika diterima dan dipersilakan masuk, boleh masuk, dan jika tidak ada jawaban sebaiknya kembali saja sampai pada kesempatan lain. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari:
    الاِسْتَئْذَانُ ثَلاَثٌ فَإِنْ أُذِنَ لَكَ وَإِلاَّ فَارْجِعْ  (متفق عليه)
     "Minta izin itu tiga kali, jika diizinkan kamu boleh masuk dan jika tidak maka kembalilah. (HR. Bukhari dan Muslim)
    Metode penyampaian Hadis di atas dalam konteks pendidikan adalah metode asistensi, artinya pengajaran masuk ke rumah orang lain diberikan oleh asisten Nabi yakni pembantunya tidak langsung oleh Nabi sendiri. Nabi mengajarkan kepada asistennya dan asisten mengajarkan kepada tamu yang ingin bertemu Rasulullah agar meng ucapkan: "assalamu'alaikum (dan permisi) bolehkah saya masuk? Setelah itu baru diizinkan masuk. Demikian Kebijakan Seorang Guru Yakni Rasullulah Ketika Melihat seorang sahabat salah melakukan sesuatu langsung diluruskan dengan penuh bijaksana dalam hal ini cukum melalui orang lain karena dipandang melalui asisten lebih dahulu.

    Pendidikan yang Dipetik dari Hadis
    a.       Adab masuk rumah orang lain mengucapkan salam dan minta izin
    b.      Mengajarkan adab masuk ke rumah orang lain bagi tamu yang belum paham tentang adab dalam Islam baik secara langsung maupun tidak langsung.
    c.       Metode pengajaran asistensi sedangkan asisten mengajarkan mu ridnya dengan metode demonstrasi dan eksperimen.









    BAB III
    PENUTUP
    A.    Kesimpulan
    Rasulullah seorang guru yang amat bijak, dalam memberikan pembelajaran menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang berfariasi disesuaikan dengan kondisi dan situasi anak didik yang di hadapi tidak hanya terpaku pada satu metode saja, misalnya hanya ceramah saja sehingga suasana belajar bergairah dan menyenangkan. Di antara metode yang Beliau gunakan antara lain
    1.      Metode drill dan eksperimen, Rasulullah ketika melihat seorang sahabat yang salah dalam melakukan shalat tidak langsung dibenar- kan, tetapi disuruh berusaha membenarkan sendiri. Setelah sahabat tersebut tidak mampu membenarkan sendiri barulah Nabi meluruskan begini cara shalat yang benar dengan demonstrasikan.
    2.      Metode asistensi, ketika ada seorang yang akan bertamu kepada Rasulullah SAW hanya minta izin tanpa salam kepada Beliau, maka Beliau cukup mengirim asistennya untuk mengajarkan etika bertamu dalam Islam yaitu memberi salam terlebih dahulu kemudian minta izin. Setelah dilakukan seperti itu Rasulullah keluar menyambutnya.
    B.     Saran
    Dalam penulisan ini kita hanya bisa tergantung dengan buku karna keterbatasan pengetahuan kami jika ada salah dan kurang kaim minta untuk bisa di benarkan dan di berikan petunjuk untuk bisa lebih memahami sehingga kita bisa menguasai dengan baik.







    DAFTAR RUJUKAN
    Khon, Abdul Majid. 2012. Hadist Tarbawi (hadist-hadist Pendidikan). Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
               
    Mujam ma’ Al Malik Fadih Li Thiba’at Al Mushaf Asy Syarif Madinah Munawwarah Kerajaan Saudi Arabia

    http://ismailibnuisa.blogspot.co.id/2013/03/shahih-al-bukhari-hadits-nomor-757.html

    Link Download:




    [1] HR Al-Bukhari :757
    [2] http://ismailibnuisa.blogspot.co.id/2013/03/shahih-al-bukhari-hadits-nomor-757.html
    [3] http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-imam-bukhari.html
    [4] http://pustakaimamsyafii.com/biografi-abu-hurairah-radhiyallahu-anhu.html
    [5] Khon, Abdul Majid, Hadist Tarbawi, Jakarta : Prenadamedia Group, Hlm. 39
    [7] http://bukuensiklopediahadits.blogspot.co.id/2013/04/biografi-imam-abu-daud.html
    [8] Al-Qur’an Dan Tarjamah Mushaf Maliki Surat An-Nur 24 hlm 555
    [9] Ibid hlm 555
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Art Education. Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer