• IMPLEMENTASI PERENCANAAN PENGOORGANISASIAN PELAKSANAAN DAN PENGONTROLAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

     IMPLEMENTASI PERENCANAAN PENGOORGANISASIAN PELAKSANAAN DAN PENGONTROLAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM




    ABSTRAK 

               Model penilaian sekolah efektif merupakan salah satu instrumen yang diharapkan dapat digunakan oleh pengelola pendidikan untuk mengetahui tingkat keberhasilan setiap sekolah. Hasil penilaian tersebut selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan upaya perbaikan sekolah. Sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien. Konsep sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan, yaitu prestasi sekolah terutama prestasi siswa yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang dipersayaratkan dalam belajar. Karakteristik sekolah efektif yaitu: 1) kepemimpinan kepala sekolah kuat. 2) harapan yang tinggi terhadap prestasi pelajar, 3) menekankan pada keterampilan dasar, dan 4) keteraturan dan atmosfer terkendali. Kepemimpinan sekolah efektif oleh kepala Sekolah karena Kepala sekolah merupakan figure (key person) dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah yaitu sekolah yang efektif dan efisien.

    Ikuti Kami...!!!

    https://strukturmanagemen.blogspot.com

    PENDAHULUAN 

        Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat terkait erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) tanpa mengabaikan faktor-faktor lainnya seperti sarana dan prasarana serta pembiayaan. Kepala sekolah merupakan salah satu PTK yang posisinya memegang peran sangat signifikan dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah. Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaganya, maka kepala sekolah harus mampu membawa lembaga ke arah tercapainya tujuan yang telah di tentukan. Kepala sekolah harus mampu melihat adanya perubahan terhadap regulasi pendidikan dan kehidupan globalisasi. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Secara keseluruhan, di Indonesia mutu SDM Indonesia saat ini masih ketinggalan dan berada di belakang SDM negara-negara maju dan negaranegara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar keluaran dari sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan tersebut, pemerintah melontarkan gagasan tentang manajemen pendidikan yang berbasis sekolah (school-based management) yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing (Sulfemi dan Nunung, 2019). Sejalan dengan gagasan desentralisasi pengelolaan pendidikan, maka fungsi-fungsi pengelolaan sekolah perlu diberdayakan secara maksimal agar dapat berjalan secara efektif untuk menghasilkan mutu lulusan yang diharapkan oleh masyarakat dan bangsa. Hal tersebut 3 perlu didukung oleh seperangkat instrument yang akan mendorong sekolah berupaya meningkatkan efektivitas fungsi-fungsi pengelolaannya secara terus menerus sehingga mampu berkembang menjadi learning organization.

    PEMBAHASAN 

     A. Implementasi 

               Menurut Mulyono, dalam proses implementasinya, manajemen mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas khusus itulah yang biasa disebut sebagai fungsi fungsi manajemen. Menurut George R. Terry, terdapat lima kombinasi fungsi fundamental manajemen dalam rangka mencapai tujuan. Kombinasi A terdiri dari: a. perencanaan (planning), b. pengorganisasian (organizing), c. memberi dorongan (actuating) d. pengawasan (controlling). Kombinasi B terdiri dari : a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. memberi motivasi (motivating) d. pengawasan Kombinasi C terdiri dari : a. perencanaan b. pengorganisasian, c. staffing d. member pengarahan (directing) e. pengawasan Kombinasi D terdiri dari: a. perencanaan b. pengorganisasian c. staffing d. memberi pengarahan e. pengawasan f. inovasi g. memberi peranan. Kombinasi E terdiri dari : a. perencanaan b. pengorganisasian c. memberi motivasi d. pengawasan e. koordinasi Dari kelima kombinasi tersebut dapat disaring menjadi tiga fungsi utama manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan. 

    B. Perencanaan dalam Lembaga Pendidikan 

            Perencanaan adalah proses kegiatan yang rasional dan sistemik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan di kemudian hari dalam rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan perencanaan pendidikan adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha menghubung-hubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain dalam aktivitas pendidikan, kemudian memprediksi keadaan dan perumusan tindakan kependidikan untuk masa yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki dalam pendidikan. Makna perencanaan yang digambarkan di atas mengandung arti; pertama, manajer/pimpinan memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran (tujuan) dan tindakan berdasarkan pada beberapa metode, rencana, atau logika dan bukan berdasarkan perasaan. 

        Perencanaan sebagai pedoman dalam menunjang pengambilan keputusan terutama pada saat-saat yang kritis. Hal ini telah digambarkan oleh Allah swt.Q.S. Yusuf /12:48-49, “Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” 

    C. Pengorganisasian dalam Lembaga Pendidikan 

            Mengorganiasikan (organizing) merupakan suatu proses menghubungkan orang-orang yang teribat dalam organisasi tertentu dan menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam organisasi. Dalam prosesnya dilakukan pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab secara terperinci berdasarkan bagian dan bidang masing-masing sehingga terintegrasikan hubungan-hubungan kerja yang sinergis, koperatif, harmonis, dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. Menurut Hikmat, dalam menjalankan tugas pengorganisasian, terdapat beberapa hal yang diperhatikan oleh pimpinan organisasi, yaitu: 1. Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan staf yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. 2. Mengelompokkan dan membagi kerja menjadi struktur organisasi yang teratur. 3. Membentuk struktur kewenangan dan mekanisme koordinasi. 4. Menentukan metode kerja dan prosedurnya. 5. Memilih, melatih, dan memberi informasi kepada staf. 

         Pengorganisasian pada hakekatnya merupakan langkah untuk menentukan “siapa melakukan apa” harus jelas dalam sebuah organisasi. Kejelasan tugas individu atau kelompok akan melahirkan tanggungjawab. Seorang pemimpin harus memberikan tugas kepada orang - orang yang tepat, sesuai dengan kedudukan dan kompetensinya, sehingga pekerjaan itu berjalan atau selesai sesuai mutu yang diharapkan. Mutu kegiatan sangat dipengaruhi oleh mutu pelaksanaannya. Pelaksanaan kegiatan yang tidak kompeten dan bersikap sembrono dalam bekerja akan berakibat fatal, terutama yang menyangkut keuangan seperti kekurangan penbayaran honor untuk guru. Klasifikasi program kerja dibutuhkan untuk menentukan skala prioritas. Misalnya, program mana yang mendesak dilaksanakan dan program mana yang bisa ditunda. Dengan demikian, terdapat bermacam-macam tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang, kesemuanya memerlukan koordinasi dari seorang pemimpin. Koordinasi yang baik akan menghindarkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan adanya koordinasi yang baik, semua bagian dan personal dapat bekerja sama menuju satu arah yaitu tujuan organisasi/lembaga. 

    D. Pengawasan dalam Lembaga Pendidikan 

          Controlling atau pengawasan dan pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupaya mengadakan penilaian, mengadakan koreksi terhadap segala hal yang telah dilakukan oleh bawahan sehingga dapat diarahkan ke jalan yang benar sesuai dengan tujuan. Pengawasan yaitu meneliti dan mengawasi agar semua tugas dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada atau sesuai dengan deskripsi kerja masing-masing personal. Pengawasan dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal, atasan dapat melakukan pegontrolan terhadap kinerja bawahannya, demikian pula bawahan dapat melakukan upaya kritik kepada atasannya. Cara demikian diistilahkan dengan sistem pengawasan melekat. Pengawasan melekat lebih menitikberatkan pada kesadaran dan keikhlasan dalam bekerja. Tidak ada pekerjaan yang sempurna, selalu ada kekurangan dalam pelaksanaannya. Personil lembaga mengalami titik jenuh dalam menjalankan rutinitas pekerjaannya. Cara personil lembaga dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dn eksternalnya. Sistem pengawasan harus dibuat sebaik mungkin dan komprehenshif. Pemimoin harus memberikan warning kepada bawahan terhadap situasi kerja yag tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Fungsi pengawasan yang baik yaitu memastikan bahwa sebuah pekerjaan dapat diselamatkan dari kegagalan, sebelum hal tersebut benar-benar terjadi maka pimpinan harus memastikannya lewat pengawasaan yang ketat. Dengannya, pimpinan dapat mengukur ketercapaian suatu program baik dari sisi kuantitas pencapaiannya maupun kualitasnya. Tugas pimpinan sebagai pengawas dapat dilakukan secara operasional oleh kepala madrasah atau wakil kepala madrasah. Secara keseluruhan data-data yang diperoleh diaudit sehingga memudahkan proses penyelesaian masalah yang ditemukan di lapangan sesuai dengan data yang ada. Pengawasan dilakukan secara terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan organisasi secara konsekuen dan berkelanjutan. 

    E. Metode Penelitian 

            Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan teknik analisis deskriptif yaitu memaparkan secara detail selengkap mungkin mengenai realitas yang dikaji (Ibrahim, 2015: 11). Penelitian kualitatif lebih menekankan pada keluasan informasi, (bukan kedalaman) sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Selanjutnya data yang diteliti adalah data sample yang diambil dari populasi tersebut dengan tekhnik probability sampling (random). Berdasarkan data dari sample tersebut, selanjutnya peneliti membuat generalisasi (kesimpulan sample diberlakukan ke populasi di mana sample itu diambil) (Sugiyono, 2012: 19). 

    F. Pendekatan 

            penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, karena dalam penelitian data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan katakata, dan gambar. Karena memperhatikan kejadian-kejadian dilapangan secara langsung dan terlibat secara pribadi. Selanjutnya menguraikan dan menafsirkan kejadian atau peristiwa yang dialami dengan bentuk kata-kata.


    Daftar pustaka

    Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 101. 

    Hikmat, Manajemen Pendidikan, h. 119. 

    Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 

    KH. U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h. 22. 

    KH. U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, h. 38. 

    Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2008), h. 22. 

    George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa oleh J. Smith. D.F.M (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.15. 

    Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, h. 25. 

    Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sulfemi, Wahyu Bagja dan Yuliani, Nunung. (2019). 

    Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantu Media Miniatur Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. Edunomic : Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.7 (2). 73-84

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Art Education. Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer