A. Aliran pendidikan moderen di Indonesia
Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Progresivisme
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subject-centered).
- Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih
anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja,
dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat
setiap anak.
- Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah
kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar
yang diminati oleh setiap peserta didik (experience curriculum).
- Metode pendidikan Progresivisme antara lain:
1.
Metode belajar
aktif.
2.
Metode
memonitor kegiatan belajar.
- Pendidikan berpusat pada anak.
Pendidikan
Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan
pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme
sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah
orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan
orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai
harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan
demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
2.
Esensialisme
Esensialisme
modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan
progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial.
Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah
nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui
kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar
gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan
guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
- Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan
yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan
demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini
diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat,
membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.
- Metode pendidikan:
1.
Pendidikan
berpusat pada guru (teacher centered).
2.
Peserta didik
dipaksa untuk belajar.
3.
Latihan mental
- Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang
mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar
ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada
perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan
sastra.
3.
Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme
memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang
berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya
pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di
masyarakat
- Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah
rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan
rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
- Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme
berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng termasuk di dalamnya
masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan
yang ditentukan secara ilmiah.
4.
Perennialisme
Perennialisme
adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu
ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan
dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut
perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena
dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi
dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk
mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang
cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang
perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
- Tujuan pendidikan
Diharapkan anak
didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan
pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada
masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat
menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
- Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan
cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.
5.
Idealisme
Aliran
idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa
terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan
yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang
pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang
menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan,
memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara
khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru
tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi
satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam
pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup
bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas
anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan
yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak
sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat,
melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham
idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.
- Tujuan Pendidikan
Agar anak didik
bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian
yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan
hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup
lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah
perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan
terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar
menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya
terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa
saling menyayangi.
- Kurikulum
Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan
pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
DAFTAR
RUJUKAN
Tirtarahardja,
Umar dan La Sula. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Redja
Mudyaharjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Joseph
Mbulu, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Laboratorium
Teknologi Pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar